Thursday, December 6, 2018

Yuk, Jangan Malas Cek Kesehatan Rutin

Pentingnya Cek Kesehatan Rutin


Selain menerapkan pola makan sehat dan berolahraga, melakukan medical check-up alias cek kesehatan secara rutin adalah salah satu langkah yang penting dilakukan untuk memelihara kondisi tubuh. Jangan tunggu sampai muncul keluhan penyakit untuk melakukannya. Pasalnya, semakin dini suatu penyakit bisa terdeteksi, akan semakin tinggi pula peluang kesembuhannya. Ini beberapa jenis tes kesehatan yang perlu dilakukan secara berkala. Psst... mumpung masih di awal tahun, boleh juga jika Anda menjadikan cek kesehatan sebagai bagian dari resolusi sehat tahun ini, Ma!
 
1. Cek tekanan darah, kolesterol & gula darah 
Serangan jantung dan penyakit pembuluh darah adalah dua jenis gangguan kesehatan yang berupaya dihindari dengan memantau angka tekanan darah, kolesterol, dan kadar gula darah. Jenis pemeriksaan ini amat penting dilakukan karena penyakit jantung dan stroke seringkali muncul mendadak, tanpa disertai gejala awal. Idealnya, jenis pemeriksaan ini dilakukan setiap setahun sekali melalui cek darah.
 
2. Periksa gigi
Kesehatan gigi amat penting dipelihara karena bisa mempengaruhi pula kesehatan tubuh secara keseluruhan. Biasanya, dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan kontrol rutin setiap 6 bulan sekali, untuk membersihkan karang gigi dan memeriksa adanya lubang atau kelainan lain pada gigi. Anda yang sedang merencanakan kehamilan juga perlu melakukan pemeriksaan gigi untuk menghindari “pencemaran” kuman dari gigi kepada bayi di dalam kandungan.
 
3. Sadari, USG payudara & mamografi
Ketiga jenis tes ini dilakukan untuk mendeteksi keberadaan kanker payudara yang merupakan pembunuh wanita nomor satu di Indonesia. Sadari (pemeriksaan payudara sendiri) idealnya dilakukan setiap bulan, pada hari ke-5 s/d 7 setelah menstruasi—ketika payudara tidak lagi mengeras dan terasa nyeri. Pemeriksaan klinis dalam bentuk USG payudara dan mamografi akan diperlukan apabila Anda menemukan benjolan, pengerasan, atau hal-hal tidak normal lainnya setelah melakukan pemeriksaan Sadari.
 
4. Pap smear
Wanita yang sudah aktif secara seksual perlu melakukan pap smear secara teratur. Pap smear dilakukan dengan cara memeriksa sel-sel leher rahim, untuk mendeteksi adanya infeksi atau sel-sel abnormal yang dapat berubah menjadi sel kanker. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengusap spatula pada dinding leher rahim. Pap smear idealnya dilakukan setiap setahun sekali. Jika hasil pemeriksaan selalu baik (negatif) setelah 3 tahun berturut-turut, maka frekuensinya bisa dikurangi menjadi 2-3 tahun sekali.
 
5. Cek kepadatan tulang
Dibandingkan pria, wanita lebih rentan mengalami kondisi pengeroposan tulang (osteoporosis). Ini penting diperhatikan, terutama oleh wanita berusia di atas 35 tahun—dimana kepadatan tulang mengalami penurunan secara bertahap. Untuk mengantisipasi serangan osteoporosis, lakukan cek kepadatan tulang setiap 3 tahun sekali. Jangan lupa juga menerapkan pola makan sehat dan berolahraga secara teratur untuk membantu mempertahankan kekuatan tulang. 
JAKARTA, KOMPAS.com - Tak sedikit orang yang pergi ke dokter atau rumah sakit hanya ketika mau mengobati penyakit tertentu. Padahal idealnya, tes kesehatan (medical check up) dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi kesehatan terbaru, sehingga penyakit bisa dicegah sejak dini. Hasik riset AIA Healthy Living Index 2018 menemukan beberapa hal terkait tingkat kepuasan masyarakat terhadap kondisi kesehatan mereka. Salah satu poin yang diungkap adalah kenaikan jumlah warga masyarakat yang menjalani medical check up. Baca juga: 5 Tes Kesehatan untuk Deteksi Kelainan Jantung Pada tahun 2016 angkanya hanya 34 persen, namun angka tersebut naik menjadi 49 persen di tahun 2018. "52 persen dari mereka tidak melakukan medical check up karena merasa sehat." Hal itu diungkapkan Head of Brand and Communication PT AIA Financial, Kathryn Monika Parapak di Elite Club, Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (6/12/2018). Head of Brand and Communication PT AIA Financial Kathryn Monika Parapak (kanan) ketika memaparkan AIA Healthy Living Index 2018 di Elite Club, Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (6/12/2018). Head of Brand and Communication PT AIA Financial Kathryn Monika Parapak (kanan) ketika memaparkan AIA Healthy Living Index 2018 di Elite Club, Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (6/12/2018).(KOMPAS.com/Nabilla Tashandra) Sementara, empat alasan lainnya adalah kendala biaya (49 persen), dan takut dengan hasil check up (26 persen). Lalu, ada pula mereka membutuhkan banyak waktu (23 persen), dan yakin tidak memiliki risiko penyakit serius (10 persen). Padahal, penyakit kritis kadang tidak menunjukkan gejala khusus, namun bisa mengakibatkan kematian. Salah satu contohnya adalah penyakit jantung. Selain akibat terhadap kesehatan, penyakit kritis juga berdampak pada kondisi keuangan, karena memerlukan biaya pengobatan yang tinggi. Baca juga: Gagal Diterima Kerja karena Tes Kesehatan? Simak Tipsnya... Dari sisi medis, seperti apa anjuran pelaksanaan medical check up? "Dari sisi medis, memang medical check up disarankan setahun sekali terutama untuk orang-orang berusia di atas 40 tahun," kata dr. Raissa E. Djuanda M. Gizi, Sp.GK. Namun, anjuran pelaksanaan medical check up juga bergantung pada kondisi kesehatan seseorang. Mereka yang mengidap penyakit tertentu disarankan melakukan check up lebih sering, misalnya enam bulan sekali. Ada pun jenis tes yang perlu diambil seperti cek darah di laboratorium untuk melihat beberapa hal, seperti hemoglobin, leukosit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal, hingga kandungan urin. "Biasanya ditambah juga dengan kolesterol dan asam urat," tutur Raissa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Yuk, Jangan Malas Cek Kesehatan Rutin", https://lifestyle.kompas.com/read/2018/12/06/194537220/yuk-jangan-malas-cek-kesehatan-rutin.
Penulis : Nabilla Tashandra
Editor : Glori K. Wadrianto
JAKARTA, KOMPAS.com - Tak sedikit orang yang pergi ke dokter atau rumah sakit hanya ketika mau mengobati penyakit tertentu. Padahal idealnya, tes kesehatan (medical check up) dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi kesehatan terbaru, sehingga penyakit bisa dicegah sejak dini. Hasik riset AIA Healthy Living Index 2018 menemukan beberapa hal terkait tingkat kepuasan masyarakat terhadap kondisi kesehatan mereka. Salah satu poin yang diungkap adalah kenaikan jumlah warga masyarakat yang menjalani medical check up. Baca juga: 5 Tes Kesehatan untuk Deteksi Kelainan Jantung Pada tahun 2016 angkanya hanya 34 persen, namun angka tersebut naik menjadi 49 persen di tahun 2018. "52 persen dari mereka tidak melakukan medical check up karena merasa sehat." Hal itu diungkapkan Head of Brand and Communication PT AIA Financial, Kathryn Monika Parapak di Elite Club, Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (6/12/2018). Head of Brand and Communication PT AIA Financial Kathryn Monika Parapak (kanan) ketika memaparkan AIA Healthy Living Index 2018 di Elite Club, Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (6/12/2018). Head of Brand and Communication PT AIA Financial Kathryn Monika Parapak (kanan) ketika memaparkan AIA Healthy Living Index 2018 di Elite Club, Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (6/12/2018).(KOMPAS.com/Nabilla Tashandra) Sementara, empat alasan lainnya adalah kendala biaya (49 persen), dan takut dengan hasil check up (26 persen). Lalu, ada pula mereka membutuhkan banyak waktu (23 persen), dan yakin tidak memiliki risiko penyakit serius (10 persen). Padahal, penyakit kritis kadang tidak menunjukkan gejala khusus, namun bisa mengakibatkan kematian. Salah satu contohnya adalah penyakit jantung. Selain akibat terhadap kesehatan, penyakit kritis juga berdampak pada kondisi keuangan, karena memerlukan biaya pengobatan yang tinggi. Baca juga: Gagal Diterima Kerja karena Tes Kesehatan? Simak Tipsnya... Dari sisi medis, seperti apa anjuran pelaksanaan medical check up? "Dari sisi medis, memang medical check up disarankan setahun sekali terutama untuk orang-orang berusia di atas 40 tahun," kata dr. Raissa E. Djuanda M. Gizi, Sp.GK. Namun, anjuran pelaksanaan medical check up juga bergantung pada kondisi kesehatan seseorang. Mereka yang mengidap penyakit tertentu disarankan melakukan check up lebih sering, misalnya enam bulan sekali. Ada pun jenis tes yang perlu diambil seperti cek darah di laboratorium untuk melihat beberapa hal, seperti hemoglobin, leukosit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal, hingga kandungan urin. "Biasanya ditambah juga dengan kolesterol dan asam urat," tutur Raissa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Yuk, Jangan Malas Cek Kesehatan Rutin", https://lifestyle.kompas.com/read/2018/12/06/194537220/yuk-jangan-malas-cek-kesehatan-rutin.
Penulis : Nabilla Tashandra
Editor : Glori K. Wadrianto

0 comments:

Post a Comment