Makanan kariogenik sangat digemari anak-anak saat jajan disekolah dan keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh makanan kariogenik yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak-anak yaitu :roti, coklat, permen, donat dan es krim (Widya, 2008). Makanan kariogenik banyak mengandung sukrosa yang merupakan penyebab utama terjadinya karies. Penebalan plak pada permukaan gigi terjadi setelah 30-60 menit mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa, kemudian bakteri Streptococcus mutans mengubah sukrosa menjadi suasana asam. Keadaan tersebut menyebabkan berkurangnya permeabilitas plak sehingga plak tidak mudah dinetralisir kembali (Budisuari dkk., 2010). Mengkonsumsi makanan kariogenik berulang-ulang dapat mengubah suasana rongga mulut menjadi asam karena pH rongga mulut turun. Penurunan pH dibawah 5,5 dapat memicu dekalsifikasi yaitu hilangnya garam kalsium pada email gigi (Adhani dkk., 2014). Hasil studi epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan prevalensi karies (Sanz dkk.,2013).
Selain makanan kariogenik, status gizi juga dapat menyebabkan terjadinya karies. Masalah gizi dapat memicu terjadinya penyakit kronis, berat badan berlebihatau berkurang serta karies gigi. Status gizi yang buruk dapat berdampak pada fungsi kelenjar ludah sehingga tidak maksimal dalam pencegahan karies. Secara garis besarmasalah gizi pada anak-anak dapat berdampak buruk bagi kesehatan karena adanya ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran zat gizi maupun kesalahan dalam memilih makanan. Kekurangan zat gizi esensial seperti vitamin A, C, D, kalsium, fosfor dan fluor pada anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan gigi sehingga lebih rentan terhadap karies. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terganggunya pembentukan gigi, sedangkan kekurangan vitamin D, kalsium dan fosfat dapat menyebabkan perlambatan pola erupsi gigi (Arisman, 2014).
Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan masalah yang cukup tinggi, salah satunya yaitu karies gigi. Prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi sumber infeksi yang dapat mempengaruhi penyakit sistemik lainnya (Nurhidayat dkk., 2012). Tingginya prevalensi karies bisa disebabkan oleh konsumsi makanan kariogenik, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta jarang melakukan pemeriksaan gigi ke dokter gigi (Tulangow dkk., 2013).
Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan karena dapat mempengaruhi kesehatan seseorang sehingga diperlukan penanganan dini untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 terdapat 10% prevalensi karies atau sebanyak 9.149 kasus, terjadi peningkatan pada tahun 2010 sebesar 15,8% atau 13.038 kasus. Tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 14% prevalensi atau 11.649 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2012). Karies gigi terjadi karena anak-anak gemar mengkonsumsi makanan manis dan lengket yang digolongkan sebagai makanan kariogenik. Hal ini juga didukung oleh tingginya frekuensi mengkonsumsi makanan tersebut serta kurangnya kesadaran akan kebiasaan menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur (Harlina, 2011).
0 comments:
Post a Comment